Artikel Kimia SMA Kelas XI. Kali ini Artikel Ipa akan berbagi bahasan tentang "Kimia Unsur" dengan harapan untuk siswa SMA maupun Madrasah Aliyah lebih siap lagi dalam menghadapi Ujian Nasional 2014 mendatang. Unsur-unsur dapat diklasifikasikan dengan banyak cara, yang paling tegas adalah atas dasar wujud pada keadaan Standard Ambient Temperature and Pressure (25°C - 100 kPa), atau biasa disebut dengan SATP. SATP berbeda dengan STP (Standard Temperature Pressure) yang merujuk pada temperatur 0°C dan 101 kPa.
Berdasar SATP unsur-unsur dapat dibedakan dalam wujud gas yaitu ada sebelas unsur, hidrogen, nitrogen, fluorin, klorin, dan gas mulia. Wujud cair yaitu hanya unsur bromin dan merkuri, sedangkan sisanya adalah wujud padat. klasifikasi wujud fisik demikian itu tentunya tidak memberikan banyak aspek kimiawinya.
Beberapa unsur ditemukan di alam dalam keadaan bebas dan jumlahnya melimpah seperti oksigen dan nitrogen. Ada juga unsur yang ditemukan di alam dalam keadaan bebas, tetapi jumlahnya relatif kecil seperti emas dan perak (logam mulia) dan gas mulia. Sebagian besar, unsur-unsur ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya, baik berupa batuan, garam, maupun terlarut dalam air laut.
|
KELIMPAHAN UNSUR DI ALAM SEMESTA |
Di alam semesta, unsur yang paling banyak adalah gas hidrogen, berikutnya gas helium, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Di kerak (kulit) bumi, oksigen adalah unsur yang paling banyak. Di urutan berikutnya berturut-turut adalah silikon, aluminium, besi, kalsium, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Di atmosfer, kelimpahan unsur di urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah nitrogen, oksigen, argon, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Sementara itu di dalam tubuh manusia, berturut-turut mulai dari unsur yang paling banyak adalah oksigen, karbon, hidogen, dan sisanya unsur-unsur lainnya.
|
KELIMPAHAN INSUR DALAM TUBUH MANUSIA |
|
KELIMPAHAN UNSUR DI ATMOSFER |
|
KELIMPAHAN UNSUR DI KERAK BUMI |
Berdasarkan sifat kelogaman, dari 90 unsur yang terdapat di alam, sebanyak 64 unsur dikategorikan sebagai logam, 9 unsur termasuk metaloid, dan sisanya 17 unsur termasuk non logam. Berdasarkan kemiripan sifatnya (kemiripan sifat ditentukan dari kesamaan jumlah elektron valensinya), unsur-unsur yang ada digolongkan ke dalam dua macam golongan, yaitu golongan A (golongan IA sampai VIIIA) dan golongan B (golongan IB sampai VIIIB). Berada dalam satu golongan artinya sifatnya mirip karena memiliki jumlah elektron valensi yang sama. Golongan dalam tabel periodik berada dalam lajur vertikal. Sedangkan lajur-lajur horizontal menunjukan periode-periode unsur. Terdapat tujuh periode unsur, yaitu peride 1 sampai periode 7.
Berdasarkan golongan dan periodenya, unsur-unsur dipelajari tentang sumbernya, sifat-sifatnya, cara pengolahannya (cara mendapatkan unsur), dan kegunaannya.
GAS MULIA
Gas mulia adalah sebutan untuk unsur-unsur golongan VIIIA. Unsur-unsur gas mulia adalah helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn). Gas mulia diperoleh dari udara bebas, kecuali radon diperoleh dari rongga batuan uranium. Helium selain diperoleh dari udara bebas juga dapat diperoleh dari pemisahan gas alam.
Gas mulia merupakan golongan unsur yang paling stabil. Hal ini ditunjukan oleh keberadaannya di alam adalah dalam bentuk unsur bebasnya. Kestabilannya disebabkan oleh energi ionisasinya yang sangat tinggi dan elektron valensinya yang duplet untuk helium dan oktet untuk unsur gas mulia lainnya. Dalam tabel periodik, gas mulia berada di kolom paling kanan. Ini artinya energi ionisasi gas mulia paling tinggi dibandingkan energi ionisasi golongan unsur lainnya. Sementara itu, di alam unsur-unsur selain gas mulia umumnya berada dalam bentuk senyawa. Keadaan seperti ini menunjukan ketidakstabilannya yang disebabkan oleh energi ionisasinya yang relatif rendah dan elektron valensinya yang tidak duplet (untuk hidrogen) atau tidak oktet (untuk unsur-unsur selain hidrogen). Tidak ada senyawa alaminya dari unsur gas mulia, tetapi senyawa buatannya telah berhasil dibuat. XePtF6 menjadi senyawa pertama dari unsur gas mulia yang telah berhasil dibuat oleh N. Bartlett. Berikutnya senyawa gas mulia yang telah berhasil dibuat adalah senyawa dari unsur kripton (KrF4 dan KrF2) dan unsur radon (RnF2). Energi ionisasi He, Ne, dan Ar lebih tinggi dibandingkan energi ionisasi Kr, Xe, dan Rn, sehingga He, Ne, dan Ar relatif lebih stabil dibandingkan Kr, Xe, dan Rn. Oleh karena itu, senyawa dari He, Ne, dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat, sedangkan senyawa dari Kr, Xe, dan Rn telah berhasil dibuat seperti tersebut di atas. Gas mulia larut dalam air membentuk klatrat. Klatrat adalah keadaan terjebaknya atom-atom gas mulia dalam struktur heksagonal molekul-molekul air. Makin ke bawah dalam golongannya, unsur gas mulia makin larut dalam air. Hal ini disebabkan makin ke bawah, ukuran atom gas mulia makin besar sehingga makin mudah membentuk klatrat (makin mudah larut dalam air).
Cara mendapatkan gas mulia dari udara bebas adalah dengan mendestilasi udara tersebut. Destilasi adalah cara pemisahan campuran menjadi zat-zat tunggal dengan dasar perbedaan titik didih di antara zat-zat yang ada dalam campuran tersebut tidak berbeda jauh. Khusus untuk Rn hanya diperoleh melalui isolasi gas Rn dari rongga batuan uranium.
Masing-masing gas mulia mempunyai kegunaannya. He berguna sebagai pengisi balon udara, pencampur oksigen pada tabung penyelam, dan sebagai pendingin untuk suhu mendekati 0 K. Ne, Ar, dan Kr, ketiganya berguna untuk pengisi bola lampu, lampu TL, lampu reklame (Ne berwarna merah, Ar berwarna merah muda, Kr berwarna putih, dan Xe berwarna biru) dan pendingin pada reaktor nuklir. Xe untuk obat bius pada pembedahan. Senyawa Xe dengan oksigen, seperti XeO3, XeO4 merupakan oksidator yang sangat kuat. Rn bersifat radioaktif dan berguna untuk terapi kanker.
HALOGEN
Semua unsur halogen ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif akibat dari keelektronegatifannya yang besar, bahkan paling besar di antara semua golongan unsur yang ada. Garam dari air laut adalah sumber utama unsur-unsur halogen.
Unsur halogen bereaksi autoredoks dengan air. Kecuali flourin (F2) bereaksi dengan air membentuk asam halida dan gas oksigen. Semua unsur halogen bereaksi dengan logam membentuk garam halida. Hidrokrabon tak jenuh (mempunyai ikatan rangkap) akan mengalami reaksi adisi bila direaksikan dengan unsur-unsur halogen. Unsur-unsur halogen bila bereaksi dengan sesamanya akan membentuk senyawa interhalogen. Berikut adalah reaksi-reaksinya:
Ada beberapa teknik untuk mendapatkan unsur-unsur halogen. Khusus untuk flourin diperoleh dari elektrolisis KHF2. Cl2, Br2, dan I2 dapat diperoleh dari reaksi pendesakan, reaksi oksidasi garam halidanya dengan KMnO4/MnO2, dan atau elektrolisis larutan/lelehan garamnya. Untuk Cl2 dapat juga diperoleh dari Downs, Gibbs, Deacon, dan Dows.
Asam dari unsur halogen ada dua macam, yaitu asam halida (HX) dan
asam oksihalogen (HXO). Untuk membuat asam halida dilakukan dengan
tiga cara, yaitu:
Urutan tingkat keasaman dari asam halida adalah HI>HBr>HCl>HI.
Tingkat keasaman asam halida dipengaruhi oleh jari-jari unsur halogennya.
Makin besar jari-jari atomnya, maka gaya tarik inti terhadap pasangan elektron ikatan makin lemah, sehingga atom H mudah lepas dari molekul asam halidanya. Atom H mudah dilepas itu menunjukan larutan senyawa halida makin asam karena dalam larutan makin banyak mengandung ion-ion H+.
Adapun urutan tingkat keasaman asam oksihalogen adalah HClO>HBrO>HIO. Yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah keelektronegatifannya. Yang sifatnya lebih elektronegatif akan memiliki sifat lebih asam. Kalau asam oksihalogen dibentuk dari unsur halogen yang sama, maka yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah jumlah atom O yang diikat. Makin banyak jumlah atom O yang diikat, maka sifatnya akan semakin asam. Jadi urutan tingkat keasamannya (misalnya senyawa oksihalogen dari atom Cl) adalah HClO4>HClO3>HClO2>HClO.
Kegunaan unsur/senyawa halogen:
Pendingin: freon (CFC)/gas AC
Fotografi: AgI, AgBr
Pupuk batang & akar:KCl
Pengawet kayu: NaF
Ukiran gelas: HF
Anti septik: I2/betadine
Desinfektan: Ca(OCl)2/kaporit
ALKALI (IA) dan ALKALI TANAH (IIA)
Alkali dan alkali tanah bersumber dari air laut, batuan, dan peluruhan unsur radioaktif. Litium diperoleh dari batuan spodumen (LiAl(SiO3)2, natrium dari air laut berupa garam dapur (NaCl) dan dari sendawa chili (NaNO3), Kalium dari batuan karnalit (KCl.MgCl2), sesium dari pollusit (CsAl(SiO3)2) dan fransium dari luruhan Ac-277 dengan emisi sinar alfa. Berilium diperoleh dari beril (Be3Al2Si8O18), magensium dari magnesit (MgCO3) dan dolomit/cangkang telur (MgCO3.CaCO3), kalsium dari batu kapur (CaCO3) dan gips (CaSO42H2O), stronsium dari stronsianit (SrCO3), barium dari barit (BaSO4) dan witerit (BaCO3), dan radium dari luruhan Th-230 dengan memancar sinar alfa.
Di alam, unsur-unsur alkali dan alkali tanah berada dalam bentuk senyawanya. Hal ini di sebabkan karena alkali dan alkali tanah besifat sangat reaktif, mudah teroksidasi sehingga keadaannya akan selalu bersenyawa dengan atom-atom unsur lain. Kereaktifan dan kemudahan teroksidasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah disebabkan oleh energi ionisasi dan potensial reduksi standarnya (E0) yang kecil. Baik alkali maupun alkali tanah bereaksi dengan air dingin, kecuali Be tidak bereaksi dengan air dan Mg bereaksi dengan air panas. Hasil reaksi antara air dengan alkali/alkali tanah adalah senyawa basa dan gas hidrogren. Berikut adalah persamaan reaksinya:
Reaksi alkali dan alkali tanah dengan O2 akan membentuk tiga jenis senyawa, yaitu senyawa oksida (biloks O=-2), peroksida (biloks O=-1), dan superoksida (biloks O=-1/2).
Reaksi dengan H2 membentuk senyawa hidrida. Reaksi dengan unsur halogen membentuk garam halida. Reaksi dengan asam membentuk garam halida dan gas hidrogen. Semua alkali tanah bereaksi dengan gas nitrogen membentuk garam nitrida. Dari unsur alkali, hanya Li yang dapat bereaksi
dengan N2 membentuk garam nitrida/LiN3.
Uji nyala alkali dan alkli tanah memberikan warna yang khas untuk setiap unsurnya. Dalam uji nyalanya unsur-unsur alkali: Li berwarna merah, Na berwarna kuning, K berwarna bungur, Rb berwarna kuning biru, Cs berwarna biru dan unsur-unsur alkali tanah: Ca berwarna orange, Sr berwarna merah, dan Ba berwarna hijau.
Dalam uji kelarutan garamnya dalam air, semua garam IA larut dalam air kecuali LiF dan Li2CO3. Adapun garam-garam IIA, kelarutannya dalam air mengikuti pola-pola berikut:
Untuk mendapatkan unsur-unsur alkali dan alkali tanah hanya bisa dilakukan dengan elektrolisis lelehan garamnya saja. Elektrolisis lelehan garam NaCl dan LiCl untuk mendapatkan Li dan Na disebut proses Downs dan elektrolisis lelehan garam MgCl2 untuk mendapatkan Mg disebut proses Dow.
Berikut adalah kegunaan garam dan logam alkali dan alkali tanah, NaCl: bumbu masakan/pengawet. NaOH: bahan baku pembuatan sabun/detergen. Senyawa alkali tanah: campuran kembang api. Magnalium (Mg, Al, dan Ca) dan Duralumin ( Mg,Al, Cu, dan Mn): konstruksi pesawat terbang/mobil. CaSO42H2O (Gips): pembalut tulang patah dan kapur tulis. MgSO47H2O (garam inggris): obat cuci perut.
PERIODE III
Unsur-unsur yang ada dalam periode iii adalah natrium (Na), magnesium (Mg), Aluminium (Al), silikon (Si), Fosfor (P), sulfur (S), klor (Cl), argon (Ar). Na diperoleh dari air laut berupa garam dapur (NaCl), magnesium diperoleh dari magnesit (MgCO3) dan cangkang telur/dolomit (MgCO3.CaCO3), aluminium diperoleh dari bauksit (Al2O3.2H2O), silikion diperoleh dari pasir kuarsa/silika (SiO2), fosfor diperoleh dari apatit/batu karang (Ca3(PO4)2), sulfur diperoleh langsung dalam bentuk unsurnya dari tanah belerang, klor dari air laut berupa garam dapur, dan argon diperoleh dalam bentuk unsur bebasnya dari udara bebas.
Na bereaksi dengan air dingin dan Mg bereaksi dengan air panas. Al bereaksi dengan air hanya dengan uapnya. Hasil reaksi dengan air dari ketiga unsur tersebut membentuk senyawa basa dan gas hidrogen. Si dan P tidak beraksi dengan air. S bereaksi dengan air dalam suhu yang tinggi membentuk H2S dan O2. Cl bereaksi autoredoks dengan H2O membentuk HCl dan HClO. Ar sama sekali tidak bereaksi dengan air. Si mempunyai tingkat titik leleh tertinggi di antara unsur-unsur dalam periode ketiga. Urutan tingkat titik leleh berikutnya setelah Si dari unsur-unsur periode ketiga adalah Al>Mg>Na>S>P>Cl>Ar. Dalam satu periode jari-jari atom semakin ke kiri makin besar. Na mempunyai jari-jari atom paling besar dan Ar mempunyai jari-jari atom paling kecil di antara jari-jari atom unsur lainnya dalam periode ketiga. Untuk sifat periodik lainnya, yaitu kelektronegatifan, energi ionisasi, dan afinitas elektron, makin ke kanan dalam satu periode harganya makin besar. Kecuali keelektronegatifan VIIIA, harganya adalah nol. Kecuali energi ionisasi IIA lebih besar dari IIIA dan energi ionisasi VA lebih besar dari VIA. Kecuali afinitas elektron IIA lebih kecil dari IA, afinitas elektron VA lebih kecil dari IVA, dan afinitas elektron VIIA lebih kecil dari VIIA. Dalam periode ketiga, unsur yang mempunyai bentuk alotropi adalah sulfur dan fosfor. Alotropi adalah sifat zat yang beda, tetapi masih tersusun dari unsur yang sama. Sulfur mempunyai dua alotropi yaitu rombik (suhu di bawah 960C) dan monoklin (suhu di atas 960C). Sama halnya dengan sulfur, fosfor juga mempunyai dua alotropi, yaitu fosfor berwarna putih dan fosfor berwarna merah. Fosfor putih beracun dan dapat berfosforesensi, sedangkan fosfor merah tidak beracun dan tidak berfosforesensi. Sifat basa untuk unsur-unsur periode ketiga, makin ke kiri makin kuat, sedangkan sifat asam makin ke kanan makin kuat. Khusus untuk Al bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan basa maupun asam. Sifat amfoter dari Al dijadikan dasar untuk mendapatkan Al2O3 murni dari bauksit (Al2O32H2O). Yang selanjutnya leburan Al2O3 murni dielektrolisis untuk mendapatkan logam Al.
Untuk mendapatkan unsur Na dan Mg dapat dilakukan dengan mengelektrolisis lelehan garamnya. Elektrolisis lelehan garam NaCl untuk mendapatkan Na disebut proses Downs dan elektrolisis lelehan garam MgCl2 untuk mendapatkan Mg disebut proses Dow. Sedangkan Al diperoleh dari bauksit (Al2O3.2H2O) dengan mengelektrolisis leburan Al2O3. Proses elektrolisis leburan Al2O3 untuk mendapatkan Al disebut proses hall. Si diperoleh dari reduksi pasir kwarsa/SiO2 dengan karbon/C. P diperoleh dari proses wohler yaitu pemanasan batu karang dengan pasir, yang dilanjutkan dengan reaksi reduksi menggunakan karbon. Adapun untuk mendapatkan S dilakukan proses frasch yaitu belerang dalam tanah ditekan dengan udara dan uap air bersuhu dan tekanan tinggi. Cl diperoleh dari eletrolisis baik larutan maupun lelehan garamnya. Sementara itu, unsur terakhir dari periode ketiga dari kiri ke kanan yaitu argon diperoleh dari destilasi udara bebas dan dari reaksi udara bebas dengan karbid (CaC2).
Adapun kegunaan unsur-unsur periode ketiga adalah Na untuk industri sabun, penyedap, dan pemanis. Ar untuk pengisi bola lampu dan lampu reklame. Mg dengan Al dan Ca (magnalium) untuk rangka pesawat terbang. Cl sebagai bahan untuk plastik dan freon. Si untuk transistor, chips komputer, gelas, keramik, pengering (silika gel). S untuk membuat asam sulfat H2SO4 sebagai bahan untuk pupuk, kertas, baterai, tekstil, farmasi dan lain-lain, dan P untuk membuat H3PO4 sebagai bahan pupuk fosfat.
UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE IV
Unsur-unsur transisi periode IV adalah skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobal (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Sc diperoleh dari Sc2O3XH2O, Ti diperoleh dari rutil/TiO2, V diperoleh dari vanadit/Pb(VO2)2, Cr dari PbCrO4, Mn dari batu kawi (pirolusit)/MnO2, Fe dari hematit/Fe2O3 dan magnetit/Fe3O4, Co dari CoS, Ni dari NiS, Cu dari CuFS2(kalkopirit) dan seng dari ZnS (seng blende).
Ciri-ciri dari unsur-unsur transisi periode IV adalah elektron valensi tengah mengisi d, semuanya logam, biloks bervariasi (kecuali Sc3+ dan Zn2+), senyawanya berwarna (kecuali Sc3+, Zn2+, dan Ti4+), bersifat paramagnetik/menarik medan magnet (dikarenakan mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbital sub kulitnya), membentuk kompleks koordinasi, dan dapat digunakan sebagai katalis. Misalnya Ni untuk katalis hidrogenasi, Fe untuk katalis proses Haber-Bosch, dan V2O5 untuk katalis proses kontak dalam pembuatan H2SO4.
Teknik untuk mengolah bijih menjadi logamnya disebut teknik
metalurgi. Langkah-langkah dalam teknik metalurgi adalah
1) Flotasi (pengapungan), yaitu membersihkan logam dari
pengotornya dengan teknik pengapungan oleh buih detergen.
2) Pemanggangan, yaitu cara mengolah logam menjadi senyawa
oksidanya dengan mengalirkan gas oksigen dalam suhu
yang tinggi ke dalam biji logam yang sudah dibersihkan.
3) Reduksi, yaitu mengolah senyawa oksida logam
menjadi logamnya dengan reaksi reduksi menggunakan
karbon.
4) Elektrolisis, yaitu proses memurnikan logam kotor yang
diperoleh dari proses reduksi menjadi logam murninya.
Contoh teknik metalurgi
1. Pengolahan bijih tembaga menjadi tembaganya:
2. Pengolahan bijih besi (hematit) menjadi logam besi:
Kegunaan unsur-unsur transisi periode IV:
Tembaga, seng, nikel: pipa, kabel listrik, perunggu (Cu dan Sn), kuningan (Cu dan Zn), monel (Cu dan Ni), koin/mata uang (Cu, Sn, dan Zn).
Nikel, kromium, dan besi: katalis reaksi hidrogenasi (pembuatan margarin), stainless steel (Cr, Ni, dan Fe), elemen pemanas/nikrom (Ni 80% dan Cr 20%).
Perak dan emas: perhiasan, mata uang, gigi palsu, film foto dan kertas foto (AgBr dan AgI)
Sumber : http://artikel-ipa.blogspot.com/